Madrasah Aliyah Ibnul Qoyyim merupakan madrasah yang berada di bawah naungan Yayasan Persaudaraan Djamaah Haji Indonesia (PDHI) yang dipimpin oleh GBPH Joyo Kusumo (adik Sri Sultan Hamengku Buwono X). Madrasah yang bervisikan “Mencetak Generasi Mukmin, Muallim, Mujahid yang Mukhlis” ini, memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan.
Siswa putra dan putri di madrasah ini, dipisah menjadi dua sekolah dengan manajemen yang berbeda. Madrasah untuk siswa putra terletak di Jalan Jogja-Wonosari km 10,5 Tegalyoso, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, yang dipimpin oleh Bapak Rohadi Agus Salim, Lc. Sementara madrasah untuk siswa putri terletak di Jalan Jogja-Wonosari km 8,5 Gandu, Sendangtirto, Berbah, Sleman, yang dipimpin oleh Bapak H. Aceng Musthofa, M.Pd.I.
MA Ibnul Qoyyim mendidik siswanya dengan menyelenggarakan pendidikan yang komprehensif: menggabungkan konsep pesantren dan sekolah, pendidikan agama dan umum, dan pengusaan materi dan metodologi. Sementara itu, proses mengajar-belajar pun disampaikan dalam dua bahasa (bilingual): bahasa Arab dan bahasa Inggris. Pendidikan seperti ini mirip dengan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor.
Mendidik Siswa untuk Berjiwa Leadership dan Entrepreneurship
MA Ibnul Qoyyim tergolong excellent dalam membentuk siswanya. Karena, madrasah juga membekali siswa dengan pendidikan mengenai skil kehidupan (life skill)—di samping pendidikan ilmu pengetahuan yang diatur dalam kurikulum nasional. Skil tersebut penting untuk membentuk kematangan kepribadian dan meningkatkan kapasitas kepemimpinan (leadership) siswa. Harapannya, siswa dapat mengaplikasikan skil tersebut dalam kehidupan pribadi dan sosial mereka, baik selama menempuh pendidikan di madrasah, maupun jikalau nanti telah lulus.
Bentuk konkret untuk membentuk kematangan kepribadian dan meningkatkan kapasitas kepemimpinan siswa adalah dengan pembelajaran dan latihan siar dakwah. Cara yang sering digunakan adalah presentasi di depan umum. Dengan belajar berdakwah, siswa secara tidak langsung belajar secara reflektif antara apa yang diucapkannya dengan apa yang dilakukannya, dan sebaliknya. Hal ini memompa kematangan pribadi siswa. Di sisi lain, dengan simulasi dakwah, siswa dibiasakan untuk menguasai orang lain, situasi, dan tentunya diri mereka sendiri. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan mereka.
Selain mendapatkan ijazah nasional ketika lulus dari madrasah, siswa juga mendapatkan ijazah KMI (Kulliatul Mu’allimin/Mu’allimat Al Islamiyah). Para santri dapat menggunakan ijazah tersebut jika ingin menjadi guru taman kanak-kanak (TK) atau raudhatul-atfal, taman pendidikan Al-Quran (TPA), atau bentuk yang sejenis. Sehingga, berbekal pengetahuan dengan dilengkapi ijazah ‘khusus’ ini, siswa diharapkan dapat berjiwa entrepreneur di lingkungan masyarakat dengan mendirikan lembaga atau institusi pendidikan seperti itu. Meskipun, tentu tidak terbatas hanya berprofesi guru di ranah pendidikan yang disebutkan di atas; siswa dapat memilih, yang bergantung pada minat dan keahlian masing-masing. Namun, di atas semuanya, sekolah berupaya memprojeksikan siswa untuk menjadi lulusan yang memiliki karakter dan kecakapan entrepreneurship.
Mulai Menapaki Prestasi
Kalau perihal prestasi yang diraih, MA Ibnul Qoyyim pun sudah membuktikannya. Seorang siswa pernah meraih juara dalam lomba pidato empat bahasa tingkat provinsi DIY. Sementara itu, yang tidak kalah mengundang decak kagum ialah, madrasah ini telah terbukti mumpuni menghasilkan lulusan yang mampu lolos masuk ke berbagai perguruan tinggi terbaik, baik di Indonesia seperti UGM dan UI, maupun di luar negeri seperti Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.
Meskipun demikian, pada bidang karya ilmiah, MA Ibnul Qoyyim Yogyakarta masih dalam proses metamorfosis untuk menunjukkan ke keelokan prestasinya. Pelatihan yang kini diterapkan, bertujuan mengembangkan siswanya untuk berpikir secara aktif dan kritis dalam menyikapi kejadian atau fenomena yang ada baik di lingkungan sekitar maupun lingkungan global. Sekolah yang berdiri tahun 1983 ini, juga menyediakan berbagai fasilitas seperti laboratorium yang sesuai standar untuk mendukung proses pelatihan tersebut. Dengan begitu, diharapkan para siswanya mampu melakukan penelitian ilmiah dan berajang di berbagai lomba. Tidak semudah membalikkan telapak tangan memang. Namun, seperti larva yang kemudian menjadi kupu-kupu elok dan anggun, sebuah proses membutuhkan waktu dan bahkan kadang berjalan tak terasa, hingga kemudian menghasilkan.
Selain bidang karya ilmiah, MA Ibnul Qoyyim juga mengasah bakat para siswanya di bidang-bidang lain. Proses pengasahan bakat siswa ini dikoordinasi dalam satu wahana (semacam ekstrakurikuler) yang terdiri dari micro teaching/amaliah tadris, mubaligh hijrah, nasyid/hadroh, English club, dll. [Fatih]