SMA Negeri 1 Kasihan merupakan salah satu sekolah menengah atas di Yogyakarta yang mengutamakan kedisiplinan siswanya. Sebab, tertib dan tepat waktu—yang merupakan salah dua dari bentuk kedisiplinan—sangat dibutuhkan demi kemajuan sistem pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Kedisiplinan pun menjadi pertimbangan pihak luar untuk menilai sebuah sekolah sebagai sekolah idaman. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan berikut oleh Bapak Suwito, wakil kepala sekolah, “Kedisiplinan yang kami terapkan, menjadi daya tarik bagi orang tua siswa untuk mendaftarkan anaknya di SMA kami”.
SMA ini dahulu bernama SMA Tirtonirmolo. Tirtonirmolo ialah kelurahan yang SMA ini berlokasi. Namun semenjak turun surat perintah dari pusat bahwa semua SMA harus menggunakan identitas area (kecamatan), maka SMA ini pun berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Kasihan.
Bidang pengembangan minat dan bakat dalam bentuk ekstrakurikuler di SMA ini sudah terorganisasi dengan baik, dengan hasil yang patut diacungi jempol. Hal ini terbukti dari prestasi-prestasi yang diraih siswanya, mulai dari pasukan pleton inti, sampai dengan pertukaran pelajar ke luar negeri.
Pasukan pleton inti hampir setiap tahun meraih juara umum di tingkat kabupaten Bantul, dan untuk tingkat provinsi, sekolah minimal membawa pulang satu trofi. Selain itu, di tahun 2011 ini, dua siswa terpilih menjadi pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) tingkat provinsi DIY. Prestasi ini merupakan sebuah potret hasil dari kesuksesan penyelenggaraan ekstrakurikuler pleton inti di sekolah.
Tirto English Club adalah ekstrakurikuler unggulan sekolah selanjutnya selain pleton inti. Klub ini dibentuk untuk mengembangkan bakat dan minat siswa di bidang bahasa Inggris. Kegiatannya dibuka dengan sebuah workshop mengenai bahasa Inggris untuk siswa kelas X yang berminat. Latihan rutin dan kerja sama yang baik, membawa tim dari klub ini meraih juara pertama lomba debat bahasa Inggris sejak tahun 2007, di tingkat Kabupaten Bantul. Kemudian, lebih jauh, tim klub juga pernah meraih juara pertama lomba tingkat provinsi DIY dan berhak maju ke tingkat nasional yang pada waktu itu melaju sampai tahap semifinal.
Kelompok ilmiah remaja (KIR) sekolah juga memeroleh porsi yang sama untuk dikembangkan. Sekolah bahkan berencana menambah satu kegiatan di luar kurikulum, untuk memberikan pelatihan tentang metodologi penelitian. Prestasi di bidang karya ilmiah juga sejajar dengan ekstrakurikuler lain. Dengan penyelenggaraan ekstrakurikuler ini, sekolah berharap akan ada bibit-bibit peneliti yang muncul dan mengukir prestasi yang membanggakan dalam bidang penelitian.
Bak doa yang terjawab, pada tahun 2011 ini, satu kelompok penelitian siswa bidang Biologi memeroleh medali emas Bidang Sains Dasar Biologi dan Makalah terbaik, pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tahun 2011. Penelitian yang berjudul “Ancaman Pemugaran dan Renovasi Gedung bagi Kelangsungan Hidup Serak Jawa (Tyto Alba) di Provinsi DIY” ini, telah berhasil meletakkan tonggak prestasi sekolah yang baru.
Pembinaan untuk olimpiade sains dan olimpiade olahraga siswa juga menjadi perhatian besar sekolah. Tahun 2011 ini, satu orang siswa berhak untuk mengikuti ajang di tingkat nasional (OSN). Sementara pada perhelatan Olimpiade dan Olahraga Siswa Nasional (OOSN), sekolah mampu mengirimkan 2 siswanya untuk bidang renang dan taekwondo. Sedangkan pada perhelatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), sekolah mengirimkan satu perwakilan untuk bidang cipta dan baca puisi.
Akhirnya, upaya yang dilakukan sekolah agar siswanya berprestasi selain ekstrakurikuler ialah program pertukaran siswa (student exchange) ke luar negeri. Program ini telah dimulai pada tahun 2010. Pada tahun tersebut, sekolah telah mengirimkan lima orang siswa untuk belajar selama satu setengah bulan di Australia. Diharapkan, program ini dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi siswa. Namun, untuk ke depannya pihak sekolah memiliki asa yang lain, yaitu tidak hanya terselenggaranya pertukaran bagi siswa, tetapi juga bagi guru. Hal ini bertujuan untuk memerkaya kapasitas ilmu, wawasan, dan pengalaman guru dalam mengemban tugas mencerahkan anak didik di sekolah. Hal ini seperti yang secara langsung dituturkan oleh Pak Wito, guru mata pelajaran Fisika, “Kami juga berharap nantinya akan ada pertukaran dalam hal kurikulum yang dalam hal ini ialah pertukaran guru. Sehingga, kami dapat belajar untuk menjadi lebih baik”.
Berkondisikan nyaman dan bersifat peduli dan apresiatif terhadap potensi dan minat siswa, merupakan prasyarat (sine qua non) sebuah institusi pendidikan dalam memajukan kualitas siswanya, baik yang sifatnya keilmuan, maupun kematangan pribadi. Selain itu, dibutuhkan kebijakan sekolah yang efektif dalam hal pemberian penghargaan (reward for achievement) untuk siswa berprestasi. Siswa, sebagai pihak yang paling sentral dalam proses penyelenggaraan pendidikan, sudah seharusnya mendapat perhatian yang maksimal dari semua pengampu kewenangan dan pengambil keputusan dalam dunia pendidikan. [Dydh]